
7,571 total views, 170 views today
DELIK-HUKUM.ID ( PARIMO, SULTENG ) — Kembali terjadi dugaan tebang pilih, dan terkesan mencederai rasa keadilan dalam penindakan hukum, [penertiban] di lokasi PETI di Karya Mandiri, oleh Satreskrim Polres Parigi Moutong [Parimo], Polda Sulawesi Tengah [Sulteng].
Kritikan besar-besaran pun terjadi, pasca operasi penertiban PETI di Karya Mandiri, yang berlangsung pada, kamis, 11/08/2025. Operasi yang terkesan telah mencederai rasa keadilan itu, dipimpin langsung oleh Iptu. Anugerah Sejahtera Tarigan.,S.Tr.K.,MH, [Kanit Tipiter], yang juga menjabat sebagai Kasat Narkoba Polres Parimo.
Penertiban PETI di Karya Mandiri diduga telah mencoreng institusi polri, sebagai panglima dalam penegakan hukum. Betapa tidak, diduga dari 10 unit alat berat, yang mengolah di lokasi PETI Karya Mandiri, hanya satu unit alat berat yang ditangkap dan diproses hukum.
Malam itu, [kamis, 11/8/2025], sekitar pukul 21.54 wita, beberapa orang warga Desa Karya Mandiri menghubungi wartawan media ini, terdengar letupan-letupan kecil, sebagai bentuk protes atas dugaan ketidak adilan pada penertiban PETI tersebut, ”ini tidak adil, kenapa cuma satu alat yang diproses hukum, kenapa yang sembilan unit tidak tersentuh sama sekali”, terdengar suara beberapa warga dari balik ponsel.
Dalam percakapan via telepon. Kidman, salah seorang tokoh masyarakat Desa Karya Mandiri, mengatakan, yang menjadi pertanyaan besar masyarakat itu, mengapa dari 10 unit alat berat, hanya satu unit yang diproses, lagian itu alat belum lama masuk bekerja. ‘’ada sembilan unit lagi alat berat diatas itu, tapi tidak disentuh sama sekali, ada apa ini, sebenarnya’’, tanya Kidman dengan nada kecewa.
Lanjut kata Kidman, ada tiga orang yang mereka [polisi] bawah keparigi, Nta [adik dari pemodal, Kng [operator] dan Mil [pekerja]. Kami sendiri sebagai pekerja di alat itu dan beberapa warga setempat.
Sumber media ini yang tidak ingin diberitakan identitasnya mengatakan, memang ada sekitar sembilan unit alat di atas, rata-rata pemain lama, bisa saja para pemodalnya tidak tersentuh oleh aparat.
Pada saat tim dari Polres sampai di Karya Mandiri, ‘’semua alat sudah tidak ada yang kerja [semua alat terparkir], mereka [penambang] baru bekerja kembali, setelah tim kembali keparigi, dan sampai saat ini masih terus bekerja, namun sering kehabisan BBM [solar]’’ beber sumber.
Lanjut kata sumber, kalau APH berdalih tidak menemukan sejumlah alat dilokasi, itu bohong besar, karna itu alat, selain diparkir di lokasi, biasanya mereka parkir di bendungan Desa Tinombala.
‘’Sekalipun tim dari langit yang akan turun kelokasi PETI Karya Mandiri, mereka [penambang] bisa pastikan, informasi itu sudah sampai duluan, sebelum sprin [surat perintah] dikeluarkan, begitulah bocoran informasi yang kami dapatkan’’. Kata sumber, melalui saluran telpon.
Kapolres Parimo, AKBP Hendrawan A.N. S.I.K.,M.H, tidak menjawab satupun pertanyaan media ini, yang dikirimkan melalui pesan WhatsApp. Namun hanya menawarkan kepada wartawan Media ini, bersama-sama naik langsung kelokasi PETI Karya Mandiri.
”Ayo, bareng-bareng, masyarakat, kita cek langsung kelokasi, biar nga ada dusta, atur jadwal kapan kita kelokasi”. Tegas AKBP Hendrawan, terkesan, menepis informasi yang disampaikan para narasumber.
Salah seorang tokoh masyarakat Karya Mandiri yang berinisial Ip, menangapi statement Kapolres Parimo itu, kami siap menerima tawaran tersebut, tidak perlu bersama Pak Kapolres, cukup dengan Bhabinkamtibmas.
Yang kami takutkan, kalau kami sudah bisa buktikan dengan video, adanya sejumlah alat bekerja di lokasi PETI Karya Mandiri, tapi piihak Polres tidak berani menyita sejumlah alat tersebut. ”Kalau sudah tidak ada motor yang ojek solar kelokasi PETI, itu bisa dipastikan sudah tidak ada alat yang bekerja”, tutup sumber, yang tidak ingin identitasnya bocor kepada penambang itu.
( ATNAN/DH )