517 total views, 6 views today
DELIK-HUKUM.ID,–Duta Besar Prancis, Fabien Penone, mengunjungi Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI), Kamis (25/5) lalu, di Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
Kunjungan ini dalam rangka melihat fasilitas dan capaian Center of Excellence in Electricity, Automation, and Renewable Energy (CoE EARE) yang menjadi salah satu praktik baik kerja sama antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Pendidikan Prancis sebagai upaya untuk mengakselerasi pendidikan vokasi di Indonesia.
Pada kunjungan tersebut, Dubes Fabien didampingi oleh Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kiki Yuliati; Direktur SMK, Wardani Sugiyanto; Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Beny Bandanadjaja; serta Kepala BBPPMPV BMTI, Supriyono. Turut hadir dalam kunjungan tersebut, Cluster of President Schneider Indonesia, Roberto Rossi dan sejumlah tamu undangan lainnya. Acara penyambutan dilakukan di Bale Binangkit, Kompleks BBPPMPV BMTI, Cimahi, Jawa Barat.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, dalam sambutannya mengucapkan rasa terima kasih atas kunjungan Dubes Fabien. Menurut Dirjen Kiki, kunjungan ini menjadi bukti kuatnya kemitraan antara Indonesia dan Prancis, khususnya di bidang pendidikan vokasi.
“Center of Excellence for Electricity, Automation, and Renewable Energy ini merupakan simbol kolaborasi yang sangat kuat untuk kemajuan dan kemakmuran kedua negara,” ujar Dirjen Kiki, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Sabtu (27/5/2023).
Menurut Dirjen Kiki, CoE EARE telah membantu transformasi pendidikan vokasi di Indonesia dengan memberikan pelatihan dan pendidikan berkualitas tinggi. Pusat pelatihan ini telah membekali siswa dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh angkatan kerja modern.
CoE EARE, lanjut Dirjen Kiki juga telah mendorong kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah untuk menghasilkan berbagai inovasi dan memastikan lulusan yang siap menghadapi tantangan sektor energi yang terus berkembang. Hal tersebut sangat berkontribusi pada penciptaan ekonomi berbasis pengetahuan dan mendorong pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
“Melihat ke depan, kita perlu memperkuat kemitraan melalui pertukaran pelajar dan profesional, penelitian bersama, magang. Kemitraan ini akan memastikan kami dapat mengembangkan tenaga kerja yang terampil, adaptif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan,” Dirjen Kiki melanjutkan.
Sementara itu, Dubes Fabien mengapresiasi kinerja CoE EARE yang telah aktif memberikan pelatihan. Pusat keunggulan ini bahkan tetap memberikan pelatihan pada masa-masa pandemi COVID-19. “Saya ucapkan selamat atas kesuksesan besar dalam kerja sama ini,” kata Dubes Fabien.
Menurut Fabien, pembangunan Ibu Kota Negara baru dengan konsep kota pintar akan membutuhkan banyak SDM di bidang kelistrikan, otomasi, dan energi terbarukan. Sementara itu, sejak 2017 program CoE EARE telah merenovasi 144 laboratorium SMK di bidang Listrik, otomasi, dan energi terbarukan dari seluruh Indonesia untuk meningkatkan kompetensi siswa di bidang-bidang tersebut.
Lebih lanjut, Fabien menjelaskan bahwa program kerja sama CoE EARE ini merupakan program pertama yang ditandatangani antara Kementerian Pendidikan Prancis dan Kemendikbudristek. Program ini juga melibatkan Schneider Indonesia.
“Kami bangga telah memulai model ini dan membantu SMK Anda maju. Schneider Indonesia siap menawarkan kondisi yang lebih baik untuk perjanjian baru,” ujar Dubes.
Cluster of President Schneider Indonesia, Roberto Rossi, mengatakan bahwa Schneider Electric memiliki komitmen kuat untuk mendukung transformasi digital Indonesia, termasuk Making Indonesia 4.0, Electricity 4.0, Net Zero 2060. “Ambisi kami melatih 1 juta pemuda di seluruh dunia pada 2025 dengan mendirikan 11 fasilitas Center of Excellence di seluruh dunia, termasuk Indonesia,” kata Roberto.
Saat ini, lanjut Roberto Indonesia memiliki CoE terbesar di dunia. CoE Indonesia telah membentuk Strong Learning Community di Jurusan Elektro. “Saya berharap, kemitraan ini akan terus memberikan dampak yang berarti dan meninggalkan warisan yang berarti bagi Indonesia,” kata Roberto.
Sebagai pelaksana program Center of Excellence, Kepala BPPMPV BMTI, Supriyono, mengatakan bahwa pusat pelatihan ini telah memberikan pelatihan komprehensif kepada 277 guru dan 125 teknisi, dengan total 402 tenaga kependidikan. Sebanyak 144 dari 184 SMK PK juga telah ditingkatkan fasilitas laboratoriumnya. Program ini juga sudah berdampak pada sekitar 24.800 siswa di seluruh Indonesia.
“Kami bercita-cita mengembangkan program kerja sama lebih lanjut antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Prancis dengan melibatkan industri lain yang relevan dengan pendidikan kejuruan berstandar industri,” ungkap Supriyono.[RED/DHK/IP].